KISAH DIBALIK KEINDAHAN INTAN KOH I NOOR




Pada postingan kali ini saya akan membahas tentang Kisah dibalik keindahan Intan Koh I Noor. Mula-mula intan ini beratnya 186 karat setelah di gosok di Indonesia kemudian digosok lagi akhirnya tinggal 109 karat. Riwayat dari intan ini sangat menarik dan menyeramkan.


Pada kira-kira 5000 tahun yang lalu, batu ini ditemukan di sungai Godavar oleh Karna (ksatria yang terkenal dalam cerita Maha baratha). Entah apa nama intan ini pada saat itu. Kemudian Intan ini jatuh ketangan Maharaja Malwa secara turun temurun. Sri Bikeramajit adalah keturunan yang terakhir dari dinasti Malwa. Dalam peperangan dengan Sultan Mongol Barbar, Ia gugur lalu India di kuasai oleh Sultan itu.  

Intan pusaka ini diberikan oleh keluarga Sri Bikeramajit kepada Jendral perang Humayun sebagai tanda terima kasih atas kebijaksanaan jendral perang ini yang tidak memperkenankan prajurit-prajurit merampok barang istana. Lalu intan ini dipersembahkan kepada sultan barber. Namun pada intan ini melekat satu laknat atau kutukan. Oleh karena itu pemilik batu intan tersebut tidak akan pernah perasakan bahagia.


Intan ini menjadi sumber pertengkaran dan pertumpahan darahkarena timbul perselisihan antara sanak keluarga sultan barber yang ingin mendapatkan intan tersebut. Intan tersebut dipasangkan sebagai mata dari mahkota burung merak, simbol keagungan raja-raja Mongol.

Pada tahun 1739 kerajaan Mongol itu ditumbangkan oleh raja persia(Iran) dan intan ini dimiliki oleh Syah Persia. Raja Mongol yang terakhir, Mohamad Syah, tertawan dan harta bendanya disita. Akan tetapi intan yang termasyhur itu tidak dapat di temukan.

Seorang selir Mohamad Syah membisiki Nadir Syah dari Persia bahwa intan yang diberi nama Gunung Cahaya tersebut disembunyikan didalam sorban Mohamad Syah, Apa daya sekarang? Nadir Syah menyelenggarakan perjamuan makan besar semacam selamatan kemenangan besarnya. Mohamad Syah diundang sebagai tamu agung, bukan sebagai musuh. Dalam perjamuan makan besar itu Nadir Syah menawarkan perjanjian damaiyang baik kepada Mohamad Syah untuk menyatakan persaudaraannya. Nadir Syah ingin tukar-menukar sorban dengan Mohamad Syah.Dengan tercengang dan cemas terpaksa Mohamad Syah memberikan sorbannya dan dengan demikian intan tersebut (koh I Noor) menjadi milik Nadir Syah.

Kesenangan mempunyai Intan Koh I Noortidak awet. belum sepuluh tahun Nadir Syah telah dibunuh dalam suatu pemberontakan oleh seorang perwiranya yang menginginkan intan tersebut. Perwira ini mengangkat dirinya menjadi Syah (sultan atau raja). 

Penggantinya,Syah Shuyah, telah diusir dari tahta kerajaanya oleh saudara kandungnya sendiri, Mahamad. Syah shuyah sendiri melarikan diri dengan membawa intan Koh I Noor ke Lahore. Rajit Singh, Maharaja Lahore telah menyambut kedatangan raja pelarian itu dengan ramah-tamah. Walaupun demikian , Syah Shuyah merasa dirinya layaknya sebagai tawanan dari pada tamu negara. Ia tahu Rajit Singh menginginkan Intan Koh I Noor yang termashyur itu.

Mula-mula permaisuri Syah Shuyah dipancing-pancing oleh permaisuri Lahore. Dan setelah ini tak berhasil, tamu agung ini dibiarka lapar. Akhirnya terpaksa Syah Shuyah menyerahkan Intan Koh I Noor itu dan terjadi pada 1 juni 1803. 

Intan Koh I Noor itu tetap di Lahore sampai bangsa Inggris menjajah India. Pada tahun 1845 intan yang mengandung riwayat seram tersebut diserahkan kepada Sir John Lawrence, yang menjabat pangkat letnan gubernur. Beberapa tahun kemudian "Gunung Cahaya" padam di india, karena pada tanggal 3 juni 1850 intan tersebut dipersembahkan kepada Ratu Victoria dari negri Inggris.


Waktu pertama kali intan Koh I Noor ini pindah ke Eropa, keadaannya masih belum berlilau-kilau karena penggosokannya masih kasar. Lalu pada tahun 1862 intan ini digosok lagi di Amsterdam dan pekerjaan ini memakan waktu 38 hari.

Atas permintaan rakyat India, Ratu Viktoria memakai intan itu sebagai Bross dan setelah ia wafat, intan ini diwariskan kepada Ratu Alexandra menantunya. Demi mengindahkan riwayat Koh I Noor itu, maka telah diambil keputusan untuk selanjutnya intan ini hanya dipakai oleh Ratu-ratu Inggris. Intan ini disimpan di Istana Tower dan yang terakhir orang dapat melihat intan ini ketika dipakai oleh George VI pada upacara penobatannya menjadi Raja Inggris pada tahun 1937. Intan itu dipasang pada mahkotanya, tidak sebagai perhiasan brosslagi. Mahkota ini sebelumnya pernah dipakai oleh Ratu Marry pada tahun 1911.

Demikian mengenai Kisah dibalik keindahan intan Koh I Noor, semoga dapat menambah wawasan kita mengenai batu permata mulia.

0 Response to "KISAH DIBALIK KEINDAHAN INTAN KOH I NOOR"

Popular Posts